Assalamu'alaikum sahabat..
Kembali bersama saya, yang akan membedah dan menganalisa suatu kasus yang sedang hangat. :p
Jadi kasusnya gini :
Sekarang kan lagi jaman-jamannya aksi mahasiswa yang katanya peduli rakyat. Mereka berkorban waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan demonstrasi besar untuk memberitahukan pemerintah betapa menderitanya rakyat akibat peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan konyol, seperti naiknya BBM, tidak ditepatinya janji sang presiden, dan lain-lain. Hingga, mahasiswa yang senang aksi ini menghimbau kepada seluruh mahasiswa di Indonesia untuk turut andil dalam aksi ini. Karena menurut mereka tugas mahasiswa adalah tidak hanya untuk sekolah, mengerjakan skripsi, asik-asikkan sama teman-teman. Mahasiswa juga punya kewajiban untuk berdakwah, memperingatkan pemerintah atas kezhalimannya.
Jadi analisa saya begini :
Pertama :
Saya tidak bisa membantah pernyataan-pernyataan tersebut. Mahasiswa memang haruslah lebih aktif dan gesit ( #ciee motor kali! :p ) dalam melakukan kebaikan-kebaikan diantaranya berdakwah, menyeru pada ketaqwaan kepada Allah juga menyeru untuk menghentikan kezhaliman. Benar saja tugas mahasiswa hendaknya tidak hanya bersekolah, tidur, jalan-jalan. Tetapi juga mengikuti kegiatan positif di kampusnya, seperti berorganisasi, mengikuti seminar-seminar guna menambah wawasan dan pengalaman yang bisa dipakai dan dimanfaatkan kelak.
Kedua :
Tidak semua mahasiswa itu bisa ikut aksi/ demonstrasi tersebut. Kita tidak bisa memaksa apalagi mengata-ngatai mahasiswa yang tidak ikutan aksi itu cemen. penakut, pengecut atau pecundang. Wah.. situ kira situ paling oke? hehe. Berprasangka baiklah. Misalnya saja, mereka tidak ikut aksi karena tidak ingin ditangkap polisi. Jangan buru-buru menganggap bahwa mereka itu penakut, karena bisa jadi mereka hanya tidak mau membuat keluarga malu dan kerepotan atas kelakuannya. Kemudian lagi, ada mahasiswa yang tugasnya hanya belajar saja, kuliah, ikut organisasipun seadanya. Nah ini juga jangan buru-buru dipikir bahwa mereka tidak peduli rakyat, egois, bisanya hanya memikirkan diri sendiri. Tunggu dulu.. Mungkin saja mereka ingin menjaga amanah orangtuanya, untuk fokus belajar, tidak ikut-ikutan demo seperti mahasiswa lain. Bukankah menjaga amanah itu adalah kewajiban yang juga bernilai ibadah? Maka hargailah niat mereka. :)
Ingat, status mahasiswa itu masih seorang anak. Seorang anak yang baik adalah selalu berbakti pada kedua orangtua. Salah satunya adalah menjaga amanah mereka, Bisa saja mahasiswa yang tidak ikut aksi hari ini, sedang mempelajari strategi yang lebih tepat untuk dilakukan dikemudian hari setelah masuk dunia kerja. Kecuali mereka turut didukung oleh orangtua untuk aktif dalam aksi dan menyuarakan aspirasi. Tidak ada yang salah. :)
Kesimpulannya, hendaknya kelompok mahasiswa yang satu tidak meremehkan kelompok mahasiswa yang lain. Saling menghargai saja. Bersyukurlah ada mahasiswa yang inisiatif ikut aksi, sudah meringankan beban mahasiswa lain dalam menyuarakan aspirasi-asprasi rakyat lemah. Bersyukurlah pula pada mahasiswa yang pasif/ tidak bisa ikut aksi tersebut, karena bisa jadi mereka diam-diam mendoakan, agar keadilan bisa menjadi kenyataan dan diam-diam juga terus belajar hal-hal baik untuk diaplikasikan saat mereka sudah berada dalam dunia kerja, agar lewat merekalah keadilan kelak bisa tercapai.
Tidak ada hal kecil yang tidak bermanfaat. Semangat untuk seluruh mahasiswa. Lakukan apa yang menurut kalian baik dan benar, Hindari pula terlalu bersenang-senang. Banyak-banyaklah mengikuti kajian-kajian agama dan ilmiah. Sukses untuk kita semua.
Wallahu 'alam bish-shawwab.
Sekian analisa saya. Terima kasih :)
Anda Mahasiswa (?)
Pajang Foto Gak Ya..?!
Assalamu'alaikum sahabat. Baik? Alhamdulillaah saya juga
*ga ada yang nanya ><*
Ada kasus lagi nih sahabat. Ini diaa...
Sering kali saya membaca entah itu di FB, Twitter atau blog-blog yang membahas tentang “cantiknya muslimah hendaknya tidak untuk dipajang”. Maksudnya adalah, hendaknya seorang muslimah tidak berfoto menunjukkan kecantikannya (wajah, lekuk tubuh, aurat, dsb) agar tidak membuat pria tergoda, hingga dapat melakukan hal yang keluar daripada syari’at.
Kedua : Kita kan udah pada tau, kalau asal semua hukum adalah mubah. Maka menurut analisa saya boleh-boleh saja berfoto kemudian mempublis atau memajangnya di media sosial, tapi hendaknya dikaitkan dengan niat. Niat yang bukan untuk membuat lelaki tergoda dengan kecantikannya. Bagaimana itu? Ya bisa aja kan foto-foto seleb yang berjilbab lebar misalnya itu untuk menunjukkan “beginilah seharusnya wanita berhijab” atau dia foto sama suaminya untuk menunjukkan “ini suamiku, maka jangan goda aku atau goda suamiku”, lalu berfotolah dengan wajar, hindari gaya centil atau terkesan menggoda ya. Biasa aja, jangan lebay atau alay. Hehe. Tidak pula sampai keliatan lekuk tubuhnya (ex : dada, pantat, pinggang) atau sampai keliatan auratnya.
Kemudian ada kasus begini lagi nih, muslimah yang sudah merasa faham lalu pakai foto belakang niatnya gara gak keliatan wajahnya, cuma menampilkan jilbab lebar menjuntai. Analisa saya, bagus kok fotonya, niatnya supaya muslimah lain mencontoh bahwa begitulah seharusnya para wanita berpakaian. Tapi bagaimana dengan perkataan sayyidina Umar bin Khattab bahwasanya beliau lebih baik berjalan di belakang seekor singa daripada di belakang seorang wanita? Analisa saya lagi, hendaknya tidak pula menampilkan bagian belakang dalam berfoto. Cobalah sedikit menyamping. Tapi ingat jangan sampai niat tercemar. Misalnya saja agar terkesan akhwat sholehah biar para ikhwan suka. Niatnya kan jadi tercemar juga, takutnya ujub kan, jadi seolah paling baik daripada wanita yang tidak menutup auratnya ><
Nah ribetkan jadinya.. T_T
Jadi solusinya apa ya?
Kalau menurut saya solusinya ya, kalau mau pajang foto :
Pertama : lihat-lihat dulu foto mana sih yang mau dipajang.
Kedua : tanya diri, untuk apa sih dipajang-pajang? Untuk memperlihatkan bahwa aku cantikkah, atau betapa muslimahnya aku kah, atau untuk menarik perhatian lelakikah. Ingat setiap niat yang mendatangkan keburukan itu datangnya dari syaithon. Cepat-cepat baca Ta’awwuzh lalu meludah kekiri tiga kali ;)
Ketiga : Lebih bagus lagi, hendaknya tidak usah pajang foto aja. Kalau takut terjadi fitnah atau memang benar-benar murni ingin menjaga diri. Atau untuk cari aman aja. Jaman sekarang udah beda kayak dulu. Kejahatan seseorang sekarang bisa bersumber hanya dari satu foto. :')
Keempat : Bagus lagi, nggak usah punya media sosial lah, biar ga bingung mau majang foto apa enggak haha >_< :v
Kelima : Kembali kepada para guru/pembimbing ya. Tanyakan pada para 'alim ulama bagaimana sih masalah pajang foto ini, baik apa enggak. Ada manfaat atau malah menimbulkan mudharat. Silakan tanyakan pada yang lebih tau. Jangan cuma di situs islam atau media sosial aja ya. Nah kalau udah ditanya silakan share ke saya, jangan simpan sendiri ya, karena saya belum pernah secara langsung mendengar pendapat para ulama tentang hal ini. Bisa share di komentar atau di email saya ar.ridha10@gmail.com, supaya bisa saling meluruskan. Arigatou ^^
Sekian.. Ini hanya argumen dan analisa saya loh.
Petik bunganya saja. Ada yang punya pendapat dan analisa lain, silakan komentar. Saya suka berdiskusi. Dan saya bukan Syi’ah maupun islam liberal ya..
*ga ada yang nanya ><*
Ada kasus lagi nih sahabat. Ini diaa...
Sering kali saya membaca entah itu di FB, Twitter atau blog-blog yang membahas tentang “cantiknya muslimah hendaknya tidak untuk dipajang”. Maksudnya adalah, hendaknya seorang muslimah tidak berfoto menunjukkan kecantikannya (wajah, lekuk tubuh, aurat, dsb) agar tidak membuat pria tergoda, hingga dapat melakukan hal yang keluar daripada syari’at.
Aaaahh... Waktunya saya untuk menganalisa kasus ini.
Pertama : Dalam islam, malu merupakan sebagian dari cabang iman. Tentu saja itu benar, kalau tidak malu kepada Tuhan ataupun orang sekitar, kita akan selalu berbuat kerusakan atau maksiat-maksiat lain. Nah, dalam kasus malu ini, muslimah dianjurkan untuk tidak memajang foto yang menunjukkan atau memperlihatkan kecantikannya (wajah, lekuk tubuh, aurat, dsb) karena itu “katanya” sebagian dari tindakan malu. Benar sekali, wanita yang malu pasti akan menyembunyikan apapun berkenaan dengan dirinya.. hihi.. Tapi serius loh.. Kasus di atas menurut saya tidaklah salah, menyeru wanita yang pada hakikatnya penuh kelembutan dan keindahan untuk mempunyai rasa malu, karena dikhawatirkan laki-laki akan tergoda untuk melakukan hal-hal diluar syari’at. Seperti apa itu? Yah, tanya aja para lelaki :p - Dan wanita yang membuat laki-laki sampai berbuat maksiat pun turut kena dosa juga. Na’udzubillaah. Menurut penelitian, laki-laki itu akan berpikir tentang s*x setiap 52 detik sekali loh. Nah kan, secara ilmiah udah kayak gitu. Ayo kasihani para lelaki. Mereka juga butuh perlindungan. Perlindungan dari kita agar tidak berbuat hal yang tidak senonoh. T_T
Ada cerita nih dari salah seorang sahabat saya. Ceritanya dia lagi bercakap-cakap dengan teman sekelasnya. Temannya kebetulan laki-laki. Begini inti pembicaraannya : (W : wanita ; L : laki-laki)
W : Perempuan seperti apa yang membuatmu tergoda.
L : Perempuan yang menampilkan lekuk tubuhnya.
W : bagaimana kalau dia berhijab?
L : Kalau masih kelihatan lekuk tubuhnya, masih dapat membuat laki-laki tergoda.
W : Bagiaman agar laki-laki tidak tergoda?
L : berpakaian lah yang lebar, yang sama sekali tidak menampakkan lekuk tubuhnya. Aku sih gitu. Hehe
Maka dianjurkan sekali untuk para muslimah agar menyembunyikan kecantikan fisiknya, baik itu dari segi wajah, lekuk tubuh ataupun auratnya. Buatlah kecantikanmu itu hanya untuk suami mu.
Ada cerita nih dari salah seorang sahabat saya. Ceritanya dia lagi bercakap-cakap dengan teman sekelasnya. Temannya kebetulan laki-laki. Begini inti pembicaraannya : (W : wanita ; L : laki-laki)
W : Perempuan seperti apa yang membuatmu tergoda.
L : Perempuan yang menampilkan lekuk tubuhnya.
W : bagaimana kalau dia berhijab?
L : Kalau masih kelihatan lekuk tubuhnya, masih dapat membuat laki-laki tergoda.
W : Bagiaman agar laki-laki tidak tergoda?
L : berpakaian lah yang lebar, yang sama sekali tidak menampakkan lekuk tubuhnya. Aku sih gitu. Hehe
Maka dianjurkan sekali untuk para muslimah agar menyembunyikan kecantikan fisiknya, baik itu dari segi wajah, lekuk tubuh ataupun auratnya. Buatlah kecantikanmu itu hanya untuk suami mu.
Kedua : Kita kan udah pada tau, kalau asal semua hukum adalah mubah. Maka menurut analisa saya boleh-boleh saja berfoto kemudian mempublis atau memajangnya di media sosial, tapi hendaknya dikaitkan dengan niat. Niat yang bukan untuk membuat lelaki tergoda dengan kecantikannya. Bagaimana itu? Ya bisa aja kan foto-foto seleb yang berjilbab lebar misalnya itu untuk menunjukkan “beginilah seharusnya wanita berhijab” atau dia foto sama suaminya untuk menunjukkan “ini suamiku, maka jangan goda aku atau goda suamiku”, lalu berfotolah dengan wajar, hindari gaya centil atau terkesan menggoda ya. Biasa aja, jangan lebay atau alay. Hehe. Tidak pula sampai keliatan lekuk tubuhnya (ex : dada, pantat, pinggang) atau sampai keliatan auratnya.
Kemudian ada kasus begini lagi nih, muslimah yang sudah merasa faham lalu pakai foto belakang niatnya gara gak keliatan wajahnya, cuma menampilkan jilbab lebar menjuntai. Analisa saya, bagus kok fotonya, niatnya supaya muslimah lain mencontoh bahwa begitulah seharusnya para wanita berpakaian. Tapi bagaimana dengan perkataan sayyidina Umar bin Khattab bahwasanya beliau lebih baik berjalan di belakang seekor singa daripada di belakang seorang wanita? Analisa saya lagi, hendaknya tidak pula menampilkan bagian belakang dalam berfoto. Cobalah sedikit menyamping. Tapi ingat jangan sampai niat tercemar. Misalnya saja agar terkesan akhwat sholehah biar para ikhwan suka. Niatnya kan jadi tercemar juga, takutnya ujub kan, jadi seolah paling baik daripada wanita yang tidak menutup auratnya ><
Nah ribetkan jadinya.. T_T
Jadi solusinya apa ya?
Kalau menurut saya solusinya ya, kalau mau pajang foto :
Pertama : lihat-lihat dulu foto mana sih yang mau dipajang.
Kedua : tanya diri, untuk apa sih dipajang-pajang? Untuk memperlihatkan bahwa aku cantikkah, atau betapa muslimahnya aku kah, atau untuk menarik perhatian lelakikah. Ingat setiap niat yang mendatangkan keburukan itu datangnya dari syaithon. Cepat-cepat baca Ta’awwuzh lalu meludah kekiri tiga kali ;)
Ketiga : Lebih bagus lagi, hendaknya tidak usah pajang foto aja. Kalau takut terjadi fitnah atau memang benar-benar murni ingin menjaga diri. Atau untuk cari aman aja. Jaman sekarang udah beda kayak dulu. Kejahatan seseorang sekarang bisa bersumber hanya dari satu foto. :')
Keempat : Bagus lagi, nggak usah punya media sosial lah, biar ga bingung mau majang foto apa enggak haha >_< :v
Kelima : Kembali kepada para guru/pembimbing ya. Tanyakan pada para 'alim ulama bagaimana sih masalah pajang foto ini, baik apa enggak. Ada manfaat atau malah menimbulkan mudharat. Silakan tanyakan pada yang lebih tau. Jangan cuma di situs islam atau media sosial aja ya. Nah kalau udah ditanya silakan share ke saya, jangan simpan sendiri ya, karena saya belum pernah secara langsung mendengar pendapat para ulama tentang hal ini. Bisa share di komentar atau di email saya ar.ridha10@gmail.com, supaya bisa saling meluruskan. Arigatou ^^
Sekian.. Ini hanya argumen dan analisa saya loh.
Petik bunganya saja. Ada yang punya pendapat dan analisa lain, silakan komentar. Saya suka berdiskusi. Dan saya bukan Syi’ah maupun islam liberal ya..
SERTA JANGAN JADIKAN ANALISA-ANALISA SAYA SEBAGAI DALIL UNTUK DIPERDEBATKAN DI SUATU FORUM, Saya bukan ‘alim kok. cuma mau mencoba menjadi seorang analis moderat :v haha..
Wallahu 'alam bish-shawwab
Sekian \^^/
Masih Tentang Media Islam yang Diblokir!
Assalamu'alaikum wr wb..
Apa kabar sahabat. Hari ini tepat 1 April 2015, saya baru saja melihat sedikit diskusi di salah satu channel tv tentang pemblokiran situs-situs islam yang telah saya bahas pada tulisan sebelumnya.
Ternyata yang saya bilang 19 itu masih kurang 3 lagi. Sebenarnya ada 22 situs yang diminta oleh BNPT untuk di blokir. Ada 3 pembicara dalam diskusi tersebut, Pa Mustofa perwakilan dari PP Muhammadiyah, kemudian salah seorang dari BNPT yaitu seorang profesor (kalau tidak salah) dan satu lagi saya lupa siapa, hehe :D
Disini akan saya ulas dan mencoba untuk menganalisa kembali diskusi-diskusi tersebut.
Pertama : tidaklah salah untuk membatasi aksi yang dianggap radikalisme. Memlintir tafsir ayat Al-Qur'an atau Hadits, memotong ayat-ayat Al-Qur'an dan aksi-aksi keliru lainnya. Karena ditakutkan masyarakat yang tidak punya dasar agama yang baik, hanya akan ikut-ikutan untuk : 1. Menyesatkan. 2. Membid'ahkan. 3. Mengharamkan, dan lain-lain yang dianggap aksi radikal.
Saya sependapat dengan hal ini. Tapi yang harus dipahami pertama adalah ini merupakan masalah khilafiyah yang sebetulnya tidak perlu dibahas lagi. Adalah hak masyarakat jika mau mengikuti yang mana karena masing-masing punya pegangan. Kita tidak bisa memaksakan keyakinan orang lain agar sama dengan kita. Selama mereka juga tidak memaksakan keyakinannya yang berbeda tersebut pada kita, tidak memperdebatkan dan menyerang kelmpok lain karena alasan dakwah.
Kedua : Tidak adil rasanya jika hanya media islam yang dianggap radikal yang diblokir. Karena, kenapa bukan faham yang jelas menyimpangnya seperti Sy'iah Rofidhah atau JIL (Jaringan Islam Liberal) saja yang lebih dulu di blokir. Faham Syi'ah yang mengkafirkan para sahabat Rasulullah, juga JIL yang menganggap jilbab bagi perempuan itu tidak wajib. Padahal dijelaskan oleh Pa Mustofa, bahwa semua media-media islam yang diblokir ini punya tujuan yang sama, yaitu untuk melawan faham-faham yang menyimpang itu. Maka, yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah orang-orang dibalik BNPT atau Pemerintah yang mendukung pemblokiran tersebut?
Baiklah sahabat, sepertinya ini akan menjadi pembahasan yang sangat menarik bagi saya, dan tentunya bagi sahabat semua. Penasaran dengan keanehan yang terjadi di negeri kita, penasaran dengan siapa sebenarnya kelompok yang benar. Biarlah nanti Allah yang akan memberikan jawabannya untuk kita semua. Sebagai rakyat biasa seperti kita, saya khususnya hanya bisa menyaksikan orang-orang berteriak tentang kebenaran dan saling menyalahkan. Kata Ust, Yusuf Mansyur, mari doakan saja pemimpin kita, masyarakat kita semua agar selalu damai dan bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, bukan hanya demi kepentingannya sendiri, tapi juga benar-benar ikhlas demi kesejahteraan rakyat semata. Bukan hanya demi kepentingan politik, tapi benar-benar karena Allah ta'ala.
Wallahu 'alam bish-shawwab..
Petik bunganya saja ;)
Apa kabar sahabat. Hari ini tepat 1 April 2015, saya baru saja melihat sedikit diskusi di salah satu channel tv tentang pemblokiran situs-situs islam yang telah saya bahas pada tulisan sebelumnya.
Ternyata yang saya bilang 19 itu masih kurang 3 lagi. Sebenarnya ada 22 situs yang diminta oleh BNPT untuk di blokir. Ada 3 pembicara dalam diskusi tersebut, Pa Mustofa perwakilan dari PP Muhammadiyah, kemudian salah seorang dari BNPT yaitu seorang profesor (kalau tidak salah) dan satu lagi saya lupa siapa, hehe :D
Disini akan saya ulas dan mencoba untuk menganalisa kembali diskusi-diskusi tersebut.
Pertama : tidaklah salah untuk membatasi aksi yang dianggap radikalisme. Memlintir tafsir ayat Al-Qur'an atau Hadits, memotong ayat-ayat Al-Qur'an dan aksi-aksi keliru lainnya. Karena ditakutkan masyarakat yang tidak punya dasar agama yang baik, hanya akan ikut-ikutan untuk : 1. Menyesatkan. 2. Membid'ahkan. 3. Mengharamkan, dan lain-lain yang dianggap aksi radikal.
Saya sependapat dengan hal ini. Tapi yang harus dipahami pertama adalah ini merupakan masalah khilafiyah yang sebetulnya tidak perlu dibahas lagi. Adalah hak masyarakat jika mau mengikuti yang mana karena masing-masing punya pegangan. Kita tidak bisa memaksakan keyakinan orang lain agar sama dengan kita. Selama mereka juga tidak memaksakan keyakinannya yang berbeda tersebut pada kita, tidak memperdebatkan dan menyerang kelmpok lain karena alasan dakwah.
Kedua : Tidak adil rasanya jika hanya media islam yang dianggap radikal yang diblokir. Karena, kenapa bukan faham yang jelas menyimpangnya seperti Sy'iah Rofidhah atau JIL (Jaringan Islam Liberal) saja yang lebih dulu di blokir. Faham Syi'ah yang mengkafirkan para sahabat Rasulullah, juga JIL yang menganggap jilbab bagi perempuan itu tidak wajib. Padahal dijelaskan oleh Pa Mustofa, bahwa semua media-media islam yang diblokir ini punya tujuan yang sama, yaitu untuk melawan faham-faham yang menyimpang itu. Maka, yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah orang-orang dibalik BNPT atau Pemerintah yang mendukung pemblokiran tersebut?
Baiklah sahabat, sepertinya ini akan menjadi pembahasan yang sangat menarik bagi saya, dan tentunya bagi sahabat semua. Penasaran dengan keanehan yang terjadi di negeri kita, penasaran dengan siapa sebenarnya kelompok yang benar. Biarlah nanti Allah yang akan memberikan jawabannya untuk kita semua. Sebagai rakyat biasa seperti kita, saya khususnya hanya bisa menyaksikan orang-orang berteriak tentang kebenaran dan saling menyalahkan. Kata Ust, Yusuf Mansyur, mari doakan saja pemimpin kita, masyarakat kita semua agar selalu damai dan bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, bukan hanya demi kepentingannya sendiri, tapi juga benar-benar ikhlas demi kesejahteraan rakyat semata. Bukan hanya demi kepentingan politik, tapi benar-benar karena Allah ta'ala.
Wallahu 'alam bish-shawwab..
Petik bunganya saja ;)
Ketika Media Islam di Blokir!
Assalamu'alaikum wr wb sahabat sekalian.
Rindu saya gak? *emotmuntah*
Sekarang lagi ramai-ramainya membahas tentang beberapa media islam yang katanya di blokir. Entah alasan apa, saya juga tidak terlalu paham. Berikut situs-situs tersebut :
1. Arrahmah.com
2. Voa-islam.com
3. Ghur4ba.blogspot.com
4. Panjimas.com
5. Thoriquna.com
6. Dakwatuna.com
7. Kalifahmujahid.com
8. An-najah.net
9. Muslimdaily.net
10. Hidayatullah.com
11. Salam-online.com
12. Aqlislamiccenter.com
13. Kiblat.net
14. Dakwahmedia.com
15. Muqawamah.com
16. Lasdipo.com
17. Gemaislam.com
18. Eramuslim.com
19. Daulahislam.com
Wah-wah banyak juga yah. :/
Sebenarnya ada apa dengan negara kita? Bensin naik terus, harga sembako ikutan naik, harga angkot juga naik, banyak yang belum nikah nih #ups
Ada yang mengatakan, bahwa situs-situs tersebut tidak di blokir, tapi servernya saja yang diblokir. Situs-situs tersebut masih bisa di buka di Android (hape saya BB nih, gimana :'( )
Oke, saya akan mencoba menganalisa masalah ini dari dua sisi.
Pertama :
Pemerintah seharusnya tidak berhak mencabut hak masyarakat untuk mendapatkan informasi. Kan udah ada tuh undang-undangnya (cari sendiri ya UU nomor dan pasal berapa), kecuali sudah direvisi.
Tapi sekali lagi saya ingin mengingatkan, untuk apa negara kita disebut "Demokrasi" kalau baru berpedapat sedikit "keras" saja sudah dicekal.? Mau kembali ke zaman orde baru ya. Wah wah.. sia-sia dong reformasi masyarakat. Hehe
Mending situs-situs porno aja yang di blokir, atau film-film aneh yang muncul di tv yang "tidak mendidik" itu yang harusnya dicekal. Jangan sampai pemerintah kita jadi anti-islam ya.. Jangan zhalim hey penguasa negeri.. Jadilah pemimpin layaknya Rasulullah lembut dan amanah, tegas dan bersahaja, tidak mudah marah dan selalu mementingkan rakyatnya daripada dirinya sendiri.
Kecuali jika pemerintah sekarang islamnya cuma di mulut aja, tidak meresap betul sampai ke hati.. Huhu, Na'udzubillah min dzalik..
Daripada mengurusi media islam, urus dulu lah pejabat yang korup-korup itu. Blokir jabatannya, hentikan kemaksiatan mereka. Kasiani kami, yang nemu uang dijalan aja masih mikir-mikir mau ngambil karena kami tau itu duit orang walau itu hanya 100 perak.
Kasiani kami, yang berusaha menuntut ilmu buat jadi orang berguna bagi bangsa, tapi malah dihambat kebebasan kami dalam mengakses informasi.
Kasiani kami, yang tidak punya keluarga pejabat, jadi susah masuk kerja.
Kasiani anak kos, yang di akhir bulan cuma makan mie sama telor T_T
Kasiani kami.. wahai penguasa negeri.. Takutlah pada Allah.. :')
Ingatlah.. sesuatu hal yang telah kita lakukan, walau sebesar dzarrahpun, Allah akan tetap melihatnya.. :')
Kedua :
Saya dapat menyatakan ada untungnya atas pemblokiran situs-situs islam tersebut. Kenapa? Karena kebanyakan orang-orang awam akan mengambil hujjah/ pendapat berdasarkan apa yang didapat dari internet. Mereka bisa menyerang pemahaman orang lain dengan dalil-dalil yang ia sendiri sebenarnya tidak mengerti. Seharusnya mereka Bakc to the 'Ulama, back to the Kitab-Kitab, belajar pakai buku-buku agama karangan 'Ulama terkemuka.
Kata dosen saya, jangan suka mengambil pelajaran agama dari internet, karena bisa saja yang menulis itu malah orang-orang bukan islam. Akhirnya terjadi salah faham.
Yang saya takutkan lagi ya, mereka yang awalnya Ahlussunnah wal jam'ah murni, dulu suka ke pengajian para ' alim ulama, senang belajar dengan kitab-kitab karangan 'ulama yang tidak diragukan sanad keilmuannya.. Ehh pas ada internet, mereka malah suka instan, gak lagi ke pengajian, terpengaruh paham-paham yang lain. Awalnya suka ikut haulan, eehhh pas lihat di internet bahwa haulan itu bukan tradisi islam tapi adalah tradisi orang hindu/budha, dia juga malah ikut-ikutan bilang haulan bukan tradisi islam, bid'ah, haram, dan sebagainya. Waduh.. Emang situ pikir agama hindu, budha dulunya bukan agama samawi juga? Hoho.. Kata 'Ulama Aswaja Siradjuddin Abbas, dalam bukunya 40 masalah agama mengatakan Agama hindu/budha dulunya adalah murni tauhid, sekarang saja yang sudah dilencengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jadi jangan sampai kita ikut-ikutan sotoy lah masalah itu.. Belajar dulu yang benar pada para 'ulama. Belajar ushul fiqh, nahwu sharaf, mantik, balaghah, asbabunnuzul, dsb. Jangan cari di internet..
So sahabat..
Kalau sekedar ingin tahu berita atau informasi seputar negeri ini sah-sah saja, itu hak masyarakat. Menjadi kritis hingga mengeluarkan pendapat yang dapat memperbaiki kesejahteraan negeri ini, malah lebih bagus lagi.
Asal, media islam tersebut tidak dijadikan guru/ pembimbing dalam masalah agama, kemudian diperdebatkan dengan orang lain dengan alasan "dakwah"
Sekian sahabatku. Kekurangannya mohon maaf. Ingat! Ini hanya analisis dan argumen saya. Tidak setuju ya monggo. Trima kasih ^^
Rindu saya gak? *emotmuntah*
Sekarang lagi ramai-ramainya membahas tentang beberapa media islam yang katanya di blokir. Entah alasan apa, saya juga tidak terlalu paham. Berikut situs-situs tersebut :
1. Arrahmah.com
2. Voa-islam.com
3. Ghur4ba.blogspot.com
4. Panjimas.com
5. Thoriquna.com
6. Dakwatuna.com
7. Kalifahmujahid.com
8. An-najah.net
9. Muslimdaily.net
10. Hidayatullah.com
11. Salam-online.com
12. Aqlislamiccenter.com
13. Kiblat.net
14. Dakwahmedia.com
15. Muqawamah.com
16. Lasdipo.com
17. Gemaislam.com
18. Eramuslim.com
19. Daulahislam.com
Wah-wah banyak juga yah. :/
Sebenarnya ada apa dengan negara kita? Bensin naik terus, harga sembako ikutan naik, harga angkot juga naik, banyak yang belum nikah nih #ups
Ada yang mengatakan, bahwa situs-situs tersebut tidak di blokir, tapi servernya saja yang diblokir. Situs-situs tersebut masih bisa di buka di Android (hape saya BB nih, gimana :'( )
Oke, saya akan mencoba menganalisa masalah ini dari dua sisi.
Pertama :
Pemerintah seharusnya tidak berhak mencabut hak masyarakat untuk mendapatkan informasi. Kan udah ada tuh undang-undangnya (cari sendiri ya UU nomor dan pasal berapa), kecuali sudah direvisi.
Tapi sekali lagi saya ingin mengingatkan, untuk apa negara kita disebut "Demokrasi" kalau baru berpedapat sedikit "keras" saja sudah dicekal.? Mau kembali ke zaman orde baru ya. Wah wah.. sia-sia dong reformasi masyarakat. Hehe
Mending situs-situs porno aja yang di blokir, atau film-film aneh yang muncul di tv yang "tidak mendidik" itu yang harusnya dicekal. Jangan sampai pemerintah kita jadi anti-islam ya.. Jangan zhalim hey penguasa negeri.. Jadilah pemimpin layaknya Rasulullah lembut dan amanah, tegas dan bersahaja, tidak mudah marah dan selalu mementingkan rakyatnya daripada dirinya sendiri.
Kecuali jika pemerintah sekarang islamnya cuma di mulut aja, tidak meresap betul sampai ke hati.. Huhu, Na'udzubillah min dzalik..
Daripada mengurusi media islam, urus dulu lah pejabat yang korup-korup itu. Blokir jabatannya, hentikan kemaksiatan mereka. Kasiani kami, yang nemu uang dijalan aja masih mikir-mikir mau ngambil karena kami tau itu duit orang walau itu hanya 100 perak.
Kasiani kami, yang berusaha menuntut ilmu buat jadi orang berguna bagi bangsa, tapi malah dihambat kebebasan kami dalam mengakses informasi.
Kasiani kami, yang tidak punya keluarga pejabat, jadi susah masuk kerja.
Kasiani anak kos, yang di akhir bulan cuma makan mie sama telor T_T
Kasiani kami.. wahai penguasa negeri.. Takutlah pada Allah.. :')
Ingatlah.. sesuatu hal yang telah kita lakukan, walau sebesar dzarrahpun, Allah akan tetap melihatnya.. :')
Kedua :
Saya dapat menyatakan ada untungnya atas pemblokiran situs-situs islam tersebut. Kenapa? Karena kebanyakan orang-orang awam akan mengambil hujjah/ pendapat berdasarkan apa yang didapat dari internet. Mereka bisa menyerang pemahaman orang lain dengan dalil-dalil yang ia sendiri sebenarnya tidak mengerti. Seharusnya mereka Bakc to the 'Ulama, back to the Kitab-Kitab, belajar pakai buku-buku agama karangan 'Ulama terkemuka.
Kata dosen saya, jangan suka mengambil pelajaran agama dari internet, karena bisa saja yang menulis itu malah orang-orang bukan islam. Akhirnya terjadi salah faham.
Yang saya takutkan lagi ya, mereka yang awalnya Ahlussunnah wal jam'ah murni, dulu suka ke pengajian para ' alim ulama, senang belajar dengan kitab-kitab karangan 'ulama yang tidak diragukan sanad keilmuannya.. Ehh pas ada internet, mereka malah suka instan, gak lagi ke pengajian, terpengaruh paham-paham yang lain. Awalnya suka ikut haulan, eehhh pas lihat di internet bahwa haulan itu bukan tradisi islam tapi adalah tradisi orang hindu/budha, dia juga malah ikut-ikutan bilang haulan bukan tradisi islam, bid'ah, haram, dan sebagainya. Waduh.. Emang situ pikir agama hindu, budha dulunya bukan agama samawi juga? Hoho.. Kata 'Ulama Aswaja Siradjuddin Abbas, dalam bukunya 40 masalah agama mengatakan Agama hindu/budha dulunya adalah murni tauhid, sekarang saja yang sudah dilencengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jadi jangan sampai kita ikut-ikutan sotoy lah masalah itu.. Belajar dulu yang benar pada para 'ulama. Belajar ushul fiqh, nahwu sharaf, mantik, balaghah, asbabunnuzul, dsb. Jangan cari di internet..
So sahabat..
Kalau sekedar ingin tahu berita atau informasi seputar negeri ini sah-sah saja, itu hak masyarakat. Menjadi kritis hingga mengeluarkan pendapat yang dapat memperbaiki kesejahteraan negeri ini, malah lebih bagus lagi.
Asal, media islam tersebut tidak dijadikan guru/ pembimbing dalam masalah agama, kemudian diperdebatkan dengan orang lain dengan alasan "dakwah"
Sekian sahabatku. Kekurangannya mohon maaf. Ingat! Ini hanya analisis dan argumen saya. Tidak setuju ya monggo. Trima kasih ^^
Langganan:
Postingan (Atom)