Assalamu'alaikum wr wb..
Apa kabar saudari ku sekalian?
Sekarang udah masuk musim ujian nasional nih.. Semoga adik-adik yang mengikuti ujian dilancarkan dan lulus semua. Aamiin Allahumma Aamiin..
Nah sekarang lagi marak-maraknya atau ramai-ramainya para siswa yang mau ujian ini datang ke kuburan alias ziarah. Katanya sih berdoa-doa gitu di kuburan.
Nah serakarang saatnya untuk membahas ini. Seperti biasa kita analisa dari 2 sisi.
Pertama : Tidak salah, kalau orang mengira para siswa itu ngapain sih berdoa-doa di makam orang. Mending minta doa sama orang tua, yang dalilnya mengatakan bahwa doa orangtua lebih ampuh dari pada 70 orang wali. Benar sekali.. saya tidak membantahnya. Orangtua, selama tidak mengajak maksiat harus didahulukan. Karena mereka yang melahirkan dan sumber daripada segala keridhaan Allah swt. :)
Kedua : Ziarah itu tidak bisa dihubungkan dengan akidah (ini saya nonton langsung sayyid yang sering tampil di nabawi tv) maka hukum ziarah tidak boleh disebut haram atau bid'ah. Tidak bisa menghukumi dengan syirik. Maka kita tidak boleh juga meremehkan orang-orang yang ziarah kubur ini. Orang-orang aswaja tahu betul bahwa ziarah ini merupakan salah satu ibadah untuk mengingat mati. Ziarah juga dilakukan untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal, apalagi kalau yang diziarahi itu makam para wali-wali Allah dengan segala kemuliaannya, maka boleh-boleh saja berdoa di kuburan. Namun doa nya tersebut tentu bukan ditujukkan pada si ahli kubur, tapi tetap pada Allah swt, nah sedang 'alim atau wali yang kita ziarahi tersebut hanya sebagai jalan atau tawassul atau perantara, semoga dengan keberkahan yang ada pada para wali tersebut Allah berkenan mengabulkan doa kita. So jangan sombonglah, kalau bukan para wali Allah tersebut yang membawa kita pada jalan Allah, lalu siapa lagi?
Makanya ada pula dalil yang mengatakan, bahwa Ayah itu ada 3 :
1. Ayah kandung
2. Ayah mertua
3. Ayah yang membawa kita menuju jalan Allah.
Artinya ayah disini adalah guru kita, para 'alim ulama yang memperkenalkan hakikat diri pada kita.
Tentu kita harus tetap punya adab pada para wali 'Allah, tapi tetap dengan tidak meninggalkan bakti pada orangtua. Kalau toh orangtua kita melarang untuk ziarah misalnya, yasudah kita turuti saja. Karena ziarah juga tidak dihukumkan wajib. Artinya kalau tidak ziarah juga tidak berdosa. Kita masih bisa mengirimkan ayat-ayat Al-Qur'an atau mendoakan para 'alim dari rumah.
Intinya tergantung niat kita lah.. Hendaknya tidak pula egois menghukumi orang yang suka ziarah itu nyembah-nyembah kubur. Helloooow.... *gaya ustadz Maulana*, kalau nanti kamu ke Naik haji ga usah aja ke makam Rasullullah ya.. :p hehe #becanda
Ada cerita begini. Seorang fulan hendak berziarah ke makam Rasulullah saw. namun ia ditegur oleh temannya. Kata temannya ziarah itu syirik, bid'ah dsb. Lalu si fulan bertanya, dia harus bagaimana. Lalu kata temannya mending kita berkunjung ke tempat-tempat bersejarah islam saja. Jadi si fulan ini menjawab, loh bukannya semua tempat sejarah Islam ini Rasulullah yang membawa, maka lebih mulia mana Rasulullah kah atau tempat-tempat bersejarah itu? Si temannya inipun diam tak bisa menjawab.
So kawan-kawan yang baik budinya.
Saya punya pengalaman nih, saya pernah ikut majlis yang tidak memperbolehkan tawassul, haulan atau minta doa/ minta air yang didoakan kepada para ustadz atau ulama. Setelah itu saya jadi ragu dan memutuskan untuk tidak mengikuti majlis/ kajian tersebut lagi. Karena tidak sesuai dengan apa yang pernah saya dengar/ pelajari daripada 'alim ulama ahlussunnah di kota saya. Kalau 'ulama saja diremehkan, bagaimana bisa kita memuliakan Rasulullah? bukankah para ulama/ para wali adalah penerus para nabi. Karena jaman sekarang sudah tidak ada rasul atau nabi, maka yang memperkenalkan kita islam dan meluruskan jalan bagi kita siapa lagi kalau bukan para ulama?
Karena yang saya pegang selama ini adalah, di akhirat nanti kita akan bersama kelompok orang yang kita cintai/ kita ikuti. Jadi intinya, saya nyari aman ajah. Hhehe
Nah begitu lah mungkin pendapat kecil saya. Insyaallaah pendapat saya ini bisa dipertanggungjawabkan. Inti penjelasan saya ini adalah hasil dengar saya di majlisnya 'Ulama masyhur di kota saya, yang insyaallaah sandanya sampai pada Rasulullah saw.
Sekian. Petik bunganya saja..
Pesan saya, hati-hati kalau mengikuti suatu kajian atau membaca media-media atas nama islam. kalau sudah tidak sesuai dengan jalan anda, keluar saja, jangan ragu. Kita ya kita, mereka ya mereka, asal saling menghargai, dan tidak saling menyalahkan. Bukan berarti pula kita harus memutuskan silaturrahim ya. Silakan berkawan dengan siapa saja.
Dan satu lagi, kalau ada yang memperdebatkan masalah ziarah ini, cukup jelaskan apa yang pernah kamu tahu, ga usah ikutan nyolot. Ga usah sok berilmu paling benar. Sia-sia tau.. Hargai mereka, mungkin mereka punya dalil dan alasan tersendiri kenapa tidak mau ziarah. Berhusnuzhon.. dan teruslah belajar pada murobbi mursyid kita.
Terima kasih ^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar